Menikmati Perjalanan ke Temanggung dari Bali via Jalur Utara
November 2018, ada tantangan yang harus dilakukan. Karena satu dan lain hal, pulang kampung kali ini harus bawa kendaraan sendiri. Beda dengan perjalanan mudik lebaran tahun lalu yang diselingi dengan plesiran ke Baluran Banyuwangi dan jalan jalan ke Tunjungan Surabaya, mudik kali ini murni terusan ke kampung halaman. Hanya singgah sebentar ke beberapa kota dan menginap satu malam di surabaya.
Dari pengalaman sebelumnya, pak su yang bertugas jadi sopir sempat kelelahan dan sempat microsleeping dalam perjalanan, which is berbahaya, maka, mudik kali ini, itinerary lebih disiapkan dengan riset informasi jalur perjalanan darat bali ke jawa yang lebih aman dan nyaman. Setelah ngulik info sana sani, akhirnya diputuskan untuk ambil jalur utara. Denpasar - Gilimanuk - Banyuwangi - Situbondo - Probolinggo - Surabaya - Ngawi - Solo dan pemberhentian terakhir, Temanggung.
Hari pertama, Senin, 5 November 2018, berangkat dari Denpasar pukul setengah enam, molor setengah jam dari jadwal seharusnya, yaitu pukul 05.00 pagi WITA. Setelah hampir 3 jam berkendaraan, sampai juga ke pelabuhan gilimanuk, Tiket masuk untuk mobil sebesar 159k rupiah. Mungkin karena hari itu weekdays dan bukan hari istimewa, tidak heran jika suasana pelabuhan relatif sepi. Tanpa menunggu antrian, mobil langsung dipersilahkan memasuki kapal penyebrangan, berbeda saat kami mudik lebaran tahun lalu yang sempat merasakan antri untuk memasuki kapal.
Rute perjalanan laut menyeberangi selat bali ditempuh selama kurang lebih 1 jam, dan di tengah selat tersebut, merasakan pengalaman unik, yaitu pergantian waktu dari WITA ke WIB, jadi saat turun dari kapal di pelabuhan ketapang, banyuwangi jawa timur jam di handphone sudah otomatis mengikuti waktu indonesia barat. Sejujurnya, masih sering bingung juga lho, dengan pergantian waktu tersebut. Bayangin saja, waktu di jam tangan masih menunjukkan waktu indonesia tengah yang berarti 1 jam an lebih awal dari waktu indonesia barat, saat masuk kapal waktu di jam tangan sudah menunjukkan waktu setengah sembilanan, eh begitu keluar kapal di pelabuhan ketapang banyuwangi, jam di handphone otomatis menunjukkan pukul 8an pagi...lupa ada perbedaan waktu, kadang bingung juga hehe.
Jalur utara perjalanan dari bali ke jawa menurut saya sih aman dan nyaman, apalagi bisa menikmati pemandangan pantai yang indah di sepanjang banyuwangi. Rencananya, istirahat sholat dan makan di kota probolinggo tapi saat masuk kota Panarukan, sudah masuk waktu sholat dhuhur, ya sudah, diputuskan untuk singgah ke masjid dipinggir jalan yang kami temui dalam perjalanan. Seneng juga, bisa singgah di kota legenda, panarukan yang sering disebut dalam sejarah Indonesia kususnya saat membahas pembangunan infrastruktur di masa kolonial, yaitu pembangunan jalan antara anyer sampai dengan panarukan oleh pemerintah kolonial belanda, kebayang kan, betapa kolosalnya proyek jalan masa itu.
![]() |
Masjid Jami' Nurul Abror Panarukan |
Ngademin jiwa dan raga di masjid Panarukan, meskipun ukuran masjidnya tidak terlalu besar tapi tetap terlihat megah. Toiletnya bersih dan banyak jadi berasa nyaman untuk bersih2 dan berwudhu. Setelahnya, lumayan bisa me-recharge energi lagi untuk melanjutkan perjalanan sesuai itinerary, kebetulan juga sudah waktunya makan siang dan lapar, diputuskanlah untuk singgah sebentar di kota probolinggo, berdasarkan googling pengalaman kuliner, beberapa traveller yang singgah di probolinggo membagikan pengalaman wisata kuliner soto koya di daerah kraksaan yang berada di dekat masjid agung, jadi, disitulah kami icip cip kuliner probolinggo. Penampakan warung makan sangat biasa, sepertinya tidak ada yang unik ataupun istimewa, namun rasa soto nya memang enak, dan murah, lumayan untuk memenangkan perut selama sekitar 3 jam perjalanan sampai ke Surabaya. Kami menginap di Pop Hotel di jalan gubeng Surabaya.
![]() |
Malemnya, ada pengalaman lucu, karena kelelahan, kami memutuskan untuk pesan makan saja di dalam hotel, karena layanan kamar tidak bisa dihubungi, kami inisiatif turun untuk menanyakan restoran, mungkin salah paham ya, sama petugasnya kami di arahkan ke retsoran di lantai 5 di hotel Harris yang memang bersebelahan dan ada connecting roomnya. Akhirnya, malah dinner di restoran Hotel Harris, yang harganya lumayan juga sihhh..meskipun enak. Ga jadi hemat! hahaha
![]() |
Menu bebek Panggang |
Segar dan bugar lagi setelah istirahat semalam di Surabaya, kami melanjutkan perjalanan ke kota Ngawi, ternyata rute yang diarahkan GPS melewati Tol Salatiga - Kertosono yang memakan waktu sekitar tiga jam, seharusnya, kalo sesuai rencana, kami ingin beristirahat dan berwisata kuliner di kota Ngawi, tapi karena masih pagi juga, akhir dilanjut ke Solo, melewati jalan maospati/ jalan raya solo - Ngawi yang memakan waktu sekitar 2 jam. Tiba di Solo, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB, saatnya menunaikan sholat dhuhur dan makan siang. Pilihan kami saat itu, Sholat dhuhur di masjid agung keraton Solo yang berada di sekitar pasar klewer, masjid tua bersejarah yang masih terawat apik. Parkir mobil ditempat yang sudah disediakan, lumayan jauh dari masjid sehingga harus jalan kaki sebentar untuk memasuki masjid yang bergaya arsitektur tempo doeloe dan berhalaman luas.
![]() |
Gerbang Masjid Agung Kerato Solo Seperti Benteng |
Selesai sholat dhuhur, kami segera meluncur ke jalan gajah mada, icip icip tahu kupat sido mampir yang lumayan populer di Solo, setidaknya, saat googling ( andalan ) kuliner ini salah satu yang direkomendasikan. Porsinya besar tapi tetap bisa saya habiskan karena pada saat itu memang lapar dan doyan hehe. Satu porsi terdiri dari Tahu, ketupat, bakwan, mie kuning, kacang, daun seledri, kol, tauge, telur dadar ( pilihan) dan berkuah kecap manis. harganya sekitar 20an ribu rupiah dua porsi, jadi, selain enak juga murah.
Well, kalau sudah sampai kota solo, perjalanan sudah terasa lebih ringan. Tinggal beberapa jam saja sudah sampai kampung halaman, rutenya juga lumayan familiar dengan mengambil jalur kopeng - temanggung. Jalur alternatif andalan, bisa ditempuh selama hampir 3 jam, suasana pegunungan dan hawa dingin kopeng bisa menjadi penyejuk dan penyegar penat selama perjalanan panjang.
Inilah enaknya travelling, perjalanan darat melewati berbagai kota, sehingga bisa sekalian untuk berwisata kuliner, icip icip masakan khas berbagai daerah di jawa timur maupun jawa tengah. Kapan kapan pengen lagi ada kesempatan travelling dan berwisata kuliner masakan nusantara. Semoga.
Posting Komentar untuk "Menikmati Perjalanan ke Temanggung dari Bali via Jalur Utara"